"kami pekerja, suka membaca"

Selasa, 14 Agustus 2012

Aku Buta Dan Tuli Sejak Lahir

Pengarang : Helen keller
penerbit : Kayla Pustaka
No : SPPT.0171-DP-0409









Saat bercermin, kita (hampir) tidak pernah berpuas diri saat memandangi pantulan tubuh kita sendiri. Badan kurang langsing, hidung kurang mancung, dagu kurang lancip, dan alasan kurang lainnya. Tapi, pernahkah kita berpikir apa rasanya jika kita mengalami kebutaan atau tuli seumur hidup? Apa rasanya juga bila mengalami kedua hal tersebut secara bersamaan? Hellen Keller akan menceritakan kehidupan nyatanya tentang kesunyian, pergulatan batin perempuan tunanetra-tunarungu yang menaklukkan dunia.
Heller Keller adalah perempuan penderita buta-tuli sejak usia 19 bulan. Seperti berada dalam mimpi abadi, baginya tidur dan jaga tak bisa dibedakan. Semua gelap dan membisu. Tetapi dengan kekuatan jiwanya, seiring bertumbuhnya kesadaran, perlahan-lahan ia berikhtiar melampaui cacat fisiknya. Ia belajar ‘melihat’ dan ‘mendengar’ dengan tangan, hidung, dan lidahnya. Tatkala mata dan telinga berhenti berfungsi, penglihatan batin dan imajinasinya berkembang pesat. Ia dapat menyimak music orchestra atau lolong serigala dengan merasakan getaran suara yang merambat melalui udara dan benda-benda. Kepekaannya bahkan membuatnya mampu meramal datangnya peristiwa, seperti badai, sebelum itu terjadi.
Dunia yang tak ramah bagi orang seperti dirinya ia taklukkan dengan capaian-capaian mengagumkan. Ia penderita buta-tuli pertama yang meraih gelar sarjana dan menulis sejumlah buku masterpiece yang menginspirasi jutaaan pembaca. Ia juga berhasil menjawab keangkuhan orang-orang yang mengagungkan kemampuan indrawi dan mengabaikan dunia batin yang lebih kaya. Buku ini adalah rekaman Hellen Keller tatkala menjelajahi kegelapan dan kesunyian di dalam dirinya. Dengan gaya bertutur yang indah mempesona, dibabarnya rahasia sentuhan, penciuman, perasaan, imajinasi, mimpi dan daya spiritual yang merupakan potensi terbesar manusia.
Hellen Keller adalah salah satu tokoh besar dunia. Ia bagaikan cermin bening untuk mengaca dan berintrospeksi. Melaluinya kita bisa belajar untuk meniti ke dalam diri, menyimak penglihatan di dalam batin, mendengar suara-suara jiwa yang hening-bening, jauh dari hiruk-pikuk dunia yang maya. Ia bukan hanya cermin bagi para tunanetra dan tunarungu, tetapi juga bagi kita yang memiliki kemampuan melihat dan mendengar secara fisikal.
Simak kalimat-kalimat menyentuh hati dari Hellen Keller:
- Jauh lebih baik berlayar selamanya di malam kebutaan, tetapi mempunyai perasaan dan pikiran, daripada hanya berpuas diri dengan kemampuan untuk melihat semata.
- Aku berusaha menjadikan penglihatan di mata orang lain sebagai mentariku, musik yang didengar telinga orang lain sebagai simfoniku, dan senyum di bibir orang lain sebagai kebahagiaanku.
- Kembalikan lagi perasaan batin yang indah dan sempurna pada tempatnya, niscaya anda akan memberiku perasaan sukacita yang merupakan bukti terbaik dari kenyataan ini.
- Ketajaman penglihatan kita tidak bergantung pada kemampuan mata kita melihat, tetapi pada kemampuan kita merasakan. Keindahan tidak tercipta dari pengetahuan belaka.
- Manusia yang melihat ke dalam batinnya pada akhirnya akan menemukan luas dan makna semesta.
- Dunia yang dibangun oleh imajinasi dari pengalaman dan gagasan yang tak terhitung jumlahnya jauh lebih indah daripada dunia yang dapat diindra.
- Cinta dan iman bersemi dan tumbuh dari proses spiritual yang hanya sedikit mengandalkan kemampuan indrawi.
- Orang bilang, kerlingan mata seseorang kekasih mampu menggetarkanmu dari suatu jarak. Tetapi tiada jarak dalam sentuhan tangan seorang kekasih.
- Segala hal memiliki keajaiban, termasuk kegelapan dan kesunyian, dan aku belajar bahwa bagaimanapun keadaanku, pasti ada kepuasan di dalamnya.
- Hanya cinta yang kuasa meruntuhkan dinding yang memisahkan kita dan kebahagiaan.
Membaca kisah Hellen Keller ini, saya jadi teringat Bedeh. Nama sebenarnya adalah Sukismiyanto, namun dia hanya bisa berbicara “bedeh..deh..dedeh..”, bisu-tuli yang berbeda dengan lainnya. Kali pertama dia datang ke rumah, almarhum mama menyuruhnya masuk ke rumah dan tidak mau pulang. Akhirnya setelah itu dan seterusnya hingga hari ini ia tinggal bersama keluarga kami sudah lebih enam belas tahun. Dia bisa membaca dan menulis. Bahkan punya handphone. Yang lebih luar biasa adalah kemahirannya dalam dunia listrik. Jika ada hajatan/pernikahan, sekolah ataupun rumah orang yang listriknya bermasalah selalu beres ditangannya. Tidak hanya listrik, urusan memperbaiki kipas angin, magic com, radio dan barang elektronika lainnya bisa difungsikan kembali berkat tangan dinginnya. Padahal dia tidak pernah mengenyam pendidikan sekolah dan tidak ada yang mengajarinya dalam keahlian tersebut. Itulah keajaiban Tuhan. Saya selalu percaya dengan kalimat: “Tuhan tidak memberikan apa yang kita inginkan, tapi Tuhan memberikan apa yang kita butuhkan”. Juga potongan ayat dalam Al-Quran: “Boleh jadi kamu membenci sesuatu, padahal ia amat baik bagimu.”

Tidak ada komentar:

Posting Komentar