"kami pekerja, suka membaca"

Selasa, 07 Mei 2013

Jokowi Ahok Pemimpin Yang "Biasa-Biasa Saja"

Pengarang : A.Yogaswara DKK
Penerbit : Media Pressindo
No : SPPT.0292-DP-1112
 
Joko Widodo dan Basuki Thahaja Purnama dikenal oleh masyarakat sebagai sosok pemimpin dengan rekam jejak yang baik. Keduanya merupakan pemimpin-pemimpin daerah yang berpihak pada masyarakat bawah. Di saat para pemimpin daerah lain sibuk “menghias” kotanya dengan pusat perbelanjaan modern dan jejaring waralaba multinasional, Jokowi memilih untuk merevitalisasi pasar-pasar tradisional di Solo. Di saat para pemimpin daerah lain lebih suka menutup akses informasi tentang proses perekrutan para birokratnya, Basuki justru membuka hal itu secara luas kepada masyarakat.
Buku Jokowi Ahok, Pemimpin yang “Biasa-Biasa Saja” secara umum berisi uraian mengenai profil dan rekam jejak Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama sebagai pemimpin daerah. Bab pertama dibuka dengan penjelasan singkat mengenai konsep satria piningit (kesatria yang tersembunyi) dalam ramalan Jayabaya. Satria piningit digambarkan sebagai sosok pemimpin dengan sifat-sifat yang ideal. Ia merupakan seorang juru selamat yang datang secara tiba-tiba pada kondisi zaman sedang kacau. Buku ini menyimpukan bahwa sesukses apapun kepemimpinan Jokowi, ia mungkin bukan seorang satria piningityang diramalkan di masa lalu. Mengasosiasikan Jokowi dengan satria piningit dipandang bukan merupakan sebuah hal yang esensial. Hal yang penting untuk dilihat dari kesuksesan politis Joko Widodo saat in ialah bahwa ia sudah memperlihatkan kinerja kepemimpinan yang baik.
Bab-bab selanjutnya memaparkan berbagai kisah Joko Widodo saat menjabat sebagai Wali Kota Solo. Contohnya ialah ketika suatu hari ada seorang ibu datang membawa anaknya yang sedang sakit ke balai kota. Ibu itu menjelaskan bahwa anaknya terus-menerus mengigau dan menyebut nama Joko Widodo. Jokowi kemudian menyikapi kejadian itu dengan cara yang unik. Alih-alih merujuk warga tersebut ke rumah sakit, Jokowi seketika mendinginkan tangannya dengan air es dan mengusapnya pada wajah anak yang sakit. Keesokan harinya, Jokowi memastikan kondisi anak itu melalui ajudannya dan mendapati bahwa kondisi anak yang semula sakit tersebut sudah membaik. Ia pun telah kembali bersekolah. Selain itu, diuraikan juga berbagai langkah Joko Widodo saat memimpin Solo, seperti ketika ia menggagas adanya rembuk warga dan rembuk kota. Rembuk warga dan rembuk kota kemudian menjadi sarana komunikasi yang efektif antara rakyat Solo dan wali kotanya.
Bab ke-11 dan ke-12 banyak bercerita mengenai profil dan rekam jejak Basuki Tjahaja Purnama. Sebelum memutuskan masuk ke dunia politik pada 2003, Basuki dikenal sebagai seorang pengusaha. Ia sempat bergelut dengan usaha kontraktor, pasir kwarsa, juga peleburan biji timah di kabupaten Belitung Timur. Basuki kemudian memilih untuk berjuang di jalur politik karena menyadari bahwa di jalur ini ia bisa berbuat lebih banyak bagi masyarakat. Basuki terpilih sebagai Bupati Belitung Timur periode 2005—2010.  Namun, setelah 16 bulan menjabat ia memutuskan mundur dari jabatan bupati untuk maju pada Pemilukada Provinsi Bangka-Belitung. Ia gagal pada pemilihan kepala daerah tersebut dan melanjutkan karir politiknya dengan menjadi anggota komisi II DPR dari Partai Golkar. Basuki Tjahaja Purnama memiliki rekam jejak yang bersih, baik sebagai Bupati Belitung Timur maupun sebagai anggota DPR. Ia merupakan sosok yang selalu mengedepankan semangat transparansi pada setiap jabatannya.
Sebagai penutup, bab ke-13 berisi simpulan atas fenomena Jokowi dan Basuki pada Pemilukada DKI Jakarta 2012. Munculnya sosok Jokowi dan Basuki dinilai membawa kebaruan yang positif bagi dunia politik di Indonesia. Pola kepemimpinan dan semangat perbaikan yang mereka bawa dapat menjadi model acuan bagi pemimpin-pemimpin lain di Indonesia, yang selama ini dinilai kurang berpihak pada rakyat bawah. Meski demikian, kepemimpinan Joko Widodo dan Basuki Tjahaja Purnama harus tetap terus-menerus diawasi dan dikritisi. Masyarakat idealnya tetap berperan aktif dalam proses pengawasan atas setiap pemimpin mereka. Hal ini bertujuan agar kepemimpinan Jokowi dan Basuki berpihak pada rakyat secara konsisten dan bukan hanya pada pengusaha atau partai politik tertentu yang mendukung pencalonan keduanya di awal pemilukada.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar