Pengarang : Dr Erna Marmunah
Penerbit : Lkis
No : SPPT.0228-DP-0409
Pesantren sebagai salah satu lembaga pendidikan tertua di Indonesia
memiliki peranan yang penting dalam proses doktrinasi keagamaan dan
memiliki peran besar dalam hal sosialisasi gender. Hal ini disebabkan
adanya perubahan mendasar dalam proses sosial gender yang menuju arah
egaliter dan salah satunya berasal dari lingkungan pesantren.
Di
lingkungan pesantren, Kiai dan Nyai memiliki peranan dalam
mendistribusikan nilai-nilai luhur Islam kepada para santri pada
khususnya dan masyarakat luas pada umumnya. Proses transfer berikutnya
dilakukan oleh para santri sebagai garda terdepan dalam dakwah Islam
yang seharusnya memiliki wacana keagamaan yang sensitif gender.
Namun
pada kenyataannya, wacana terkait kesetaraan gender masih sering
menjadi polemik di lingkungan pesantren. Bahkan, upaya untuk
mensosialisasi ini tak jarang mendapatkan resistensi dari sebagian
kalangan pesantren. Hal ini dikarenakan anggapan bahwa gender merupakan
produk Barat yang berkembang tidak sesuai dengan ajaran Islam. Alhasil,
mayoritas pesantren di wilayah Indonesia masih tetap mempertahankan
nilai-nilai gender tradisional yang sebagian besar bersumber pada
kitab-kitab klasik karangan ulama terdahulu. Adapun kajian dalam
kitab-kitab tersebut masih mengadopsi nilai-nilai lama yang
mengedepankan superioritas laki-laki sehingga posisi wanita seolah-olah
termarginalkan (subordinasi).
Islam sebagai agama rahmatan
lil’alamin memberikan apresiasi tinggi kepada wanita. Segala hal yang
berusaha menyudutkan wanita baik marginalisasi, diskriminasi, ataupun
subordinasi tidak pernah lahir dari ajaran Islam. Justru perlu adanya
rekonstruksi terhadap pemahaman yang kabur mengenai konstruksi gender
terutama di lingkungan pesantren.
Gender dapat dipandang
mendobrak pola relasi yang selama ini sudah mengakar dalam Islam
terutama wacana gender di lingkungan pesantren. Dengan demikian bisa
dipastikan pemahaman gender di pesantren cenderung banyak menggunakan
pemikiran gender tradisional yang memandang relasi perempuan dan
laki-laki akan berjalan dengan sendirinya berpedoman pada ajaran teks
klasik. Padahal, harus disadari ajaran yang terkandung selama ini masih
menempatkan laki-laki pada posisi superior dan perempuan cenderung
tersubordinasi. Oleh karena itu, menurut buku ini salah satu upaya
mereposisi wacana gender di pesantren harus dimulai dari pola relasi
para pengasuh pesantren yang setiap saat berhubungan dengan para santri.
Begitu
pun dalam kitab-kitab dan kurikulum yang diajarkan kepada para santri.
Pemahaman yang mendalam dari para pendidik akan berdampak jangka panjang
berupa pembentukan karakter yang sadar gender. Semua hal yang
meminggirkan dan mendiskriminasikan perempuan harus adanya kajian
mendalam dalam upaya merekonstruksi pemahaman gender dalam Islam di
lingkungan pesantren secara menyeluruh.
Buku bertajuk “Konstruksi
Sosial Gender di Pesantren, Studi Kuasa Kiai atas Wacana perempuan” ini
berusaha memaparkan tentang peranan para Kiai dan Nyai dalam
pembentukan diskursus gender dalam Islam yang dominan di lingkungan
pesantren dan secara kuat mempengaruhi pandangan para santri mengenai
isu gender dalam Islam. Sebagai pelaku utama, Kiai dan Nyai memiliki
pengaruh terkuat dalam transfer informasi dan ajaran agama yang
mengandung pesan bermuatan gender selain sebagai panutan dalam hal
perilaku keseharian.
Buku ini terbagi dalam enam pokok bahasan,
hasil disertasi Dr. Ema Marhumah mengupas tuntas tentang pola
sosialisasi gender di dua pondok pesantren yaitu Pondok Pesantren Al
Munawwir sebagai representasi pesantren salaf dan Pondok Pesantren Ali
Maksum sebagai representasi pondok modern. Dalam bab ketiga dipaparkan
siapa saja agen sosialisasi gender di pesantren, mulai dari para Kiai
sampai pada teman sebaya para santri. Tak lepas dari alur yang telah
ada, peran, metode dan media dalam sosialisasi gender di pesantren
menjadi bagian menarik dengan adanya klimaks ketegangan dalam proses
sosialisasi gender di pesantren.
Kajian mengenai sosialisasi
gender di pesantren ini menyajikan gambaran komprehensif tentang
diskursus dan konstruksi sosial gender di pesantren dimana para pemimpin
pesantren terbukti memiliki andil paling signifikan dalam upaya
konstruksi peran sosial gender tradisional. Terbitnya buku ini
memberikan sumbangan penting bagi arus kuatnya pemahaman gender di tanah
air.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar