"kami pekerja, suka membaca"

Selasa, 20 Mei 2014

Demi Rakyat (Para kepala negara yang sederhana mencintai rakyat)

Pengarang : Nur rokhim
Penerbit : Palapa
No : SPPT.0362-DP-0414
 
(Resensi Buku) Kisah Para Kepala Negara yang Merakyat
 Ditulis : M Romadlon 20 Maret 2014 | 10:16

Judul Buku : Demi Rakyat!
Penulis : Nur Rokhim
Penerbit  : Palapa
Cetakan   : I, Februari 2014
ISBN : 978-602-255-100-3
Menjalani kehidupan dengan sederhana di zaman modern bukan hal mudah. Terlebih bagi para kepala negara yang hidupnya dikelilingi tahta dan limpahan harta. Sejarah mencatat, banyak para pemimpin negara lupa diri, yang menggunakan kekuasaanya untuk bermewah-mewah, berfoya-foya, dan menindas rakyatnya. Sebut saja kepala negara Filipina, Ferdinan Marcos dan Presiden Kongo,  Mobubu Sese Seko
Tentu, tidak semua kepala negara hidup berfoya-foya dan bermewah-mewah. Meski jumlahnya sedikit, masih ada kepala negara yang hidup sederhana, mengacuhkan dunia, dan sangat mencintai rakyatnya.
Buku Demi Rakyat! mengupas profil para kepala negara dari lintas zaman, lintas benua, dan lintas agama yang hidup dengan sangat bersahaja namun memiliki kecintaan yang sangat luar biasa pada rakyatnya.
Dari Jazirah Arab ada Mohammad Saw. Statusnya sebagai seorang kepala negara sekaligus rasul terakhir tidak menjadikan dirinya bermewah-mewah dalam hidupnya. Padahal kalau mau, bukit-bukit di Mekah akan diubah menjadi emas oleh Allah. (hal.12)
Saking sederhana, tidurnya hanya beralas tikar kasar dan di rumahnya hanya ada segengam gandung, daun penyamak kulit, dan sehelai kulit yang belum selesai di samak. Sehari makan sehari berpuasa. (hal.14)
Meski begitu, beliau sangat mencintai rakyatnya terlebih pada anak-anak yatim. Kencintaan pada umatnya melebihi kecintaan beliau pada diri sendiri. Bahkan, menjelang wafatnya, ia masih sempat menyebut umatnya tiga kali. (hal.17-18)
Kesederhanaan ini ditiru oleh para pengganti beliau. Abu Bakar misalnya, sebagai kepala negara tidak pernah mau menerima gaji. Maka, menjelang wafat beliau berpesan untuk mengembalikan semua barang kebutuhannya yang diambil dari Baitul Mal (kas negara). Bahkan, beliau berpesan untuk memberikan kebun miliknya untuk penggantinya. (hal. 24).
Di Indonesia ada Ir Soekarno dan Gus Dur. Sejarah mencatat, presiden pertama dan keempat ini sangat sederhana dan mencintai rakyatnya.
Saking sederhananya, sebagai seorang presiden, Bung Karno sering kehabisan uang untuk kebutuhan, tidak punya simpanan, dan tak punya rumah pribadi. Toh begitu, ia sangat tulus mencintai rakyatnya sehingga sampai sekarang rakyat pun masih mencintainya. (hal.71).
Sementara kesederhanaan Gus Dur diakui oleh para sahabatnya. Ahmad Tohari misalnya, mengatakan bahwa Gus Dur rela tidur hanya beralas karpet di rumahnya. Bondan Gunawan, mantan menteri Sekneg era Gus Dur mengatakan, kalau beliau adalah presiden paling kere. Dan, ajudanya pernah menyaksikan sendiri kalau beliau berkenan tidur beralas koran di lantai kereta. (hal 76-77)
Salah satu bukti kecintaan pada rakyat tampak saat ia berkenan mengundurkan diri untuk menghindari terjadinya perang saudara. (hal.79)
  Di Venezuela ada Hugo Claves. Presiden ke 53 ini terkenal getol membela hak dan kepentingan rakyat, karena sebelum menjadi presiden ia memang sudah akrab dengan kelaparan dan kemiskinan. Semua kebijakannya selalu berpihak pada rakyat jelata. Tak aneh bila angka kemiskinan turun hingga 50 %.(hal.98-99)
Selama menjabat, presiden beragama Katolik Roma ini berhasil menasionalisasi perusahan energi kelas kakap dunia, seperti Orinoco, Exxon Mobile, dan Conoco Philips (hal.100) 
Sedang di Bolivia ada Evo Morales. Presiden pribumi Bolivia ini terkenal getol melawan kebijakan Amerika. Saat terpilih jadi presiden, penganut Katolik Roma ini berjanji akan memotong setengah gajinya. Pemotongan ini dia gunakan untuk perluasan lapangan kerja, perbaikan pendidikan, dan kesehatan rakyat Bolivia. (hal. 131-132)
Tidak hanya itu, ia pun memberikan tanah seluas 3,1 juta hektar milik negara untuk rakyatnya, merevisi undang-undang tentang kesenjangan ekonomi dan kebijakan sosial bagi rakyat miskin, seperti pelayanan kesehatan gratis, pendidikan gratis, dokter untuk desa miskin, dan pinjaman dengan bunga rendah (hal. 133)
Sejarah dunia pun mencatat dengan tinta emas tentang kesederhanaan dan kecintaan pada rakyatnya yang ditunjukkan oleh para pemimpin lainnya. Sebut saja, di Amerika punya Harry S Truman, di Uruguwai ada Jose Mujica, di Afrika Selatan punya Nelson Mandela, di Malaysia ada Mizan Zaenal Abidin, sedang di Korea Selatan ada Kim Young Sam.
Para pemimpin berhati mulia itu laksana oase di tengah kegersangan jiwa para rakyat bangsanya. Bahkan, kisah inspiratif mereka adalah milik semua manusia lintas masa, agama, dan bangsa.  
Dari mereka kita belajar, bahwa hidup bukan sekedar tentang uang. Dan,  jabatan bukan kekuasaan semata melainkan amanat dari rakyat yang mesti ditunaikan dengan sepenuh jiwa.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar