"kami pekerja, suka membaca"

Selasa, 11 Desember 2012

Jurnal Kajian Perburuhan SEDANE

Pengarang : lembaga Informasi Perburuhan Sedane
Penerbit : Lembaga Informasi Perburuhan Sedane
No : SPPT.0236-DP-0212









Jurnal Sedane kali ini menurunkan tiga gagasan utama, yakni; 1) strategi triangulasi solidaritas gerakan buruh yang ditulis Dae-Oup Chang. Penulisnya menekankan pentingnya membangun kembali solidaritas gerakan buruh antarnegara. Dalam tulisan ini diperlihatkan bahwa triangulasi solidaritas merupakan kebutuhan gerakan buruh dan “… [M]enjadi semakin mendesak melihat perkembangan terkini dari semakin mudahnya perpindahan modal dari satu negara ke negara lain sebagai respons terhadap munculnya perlawanan buruh di suatu negara,” kata penulisnya.


2) Mengangkat tema persoalan kemiskinan di sektor perkebunan. Penulisnya, Abu Mufakhir mengangkat studi kasus industri kebun teh di Jawa Barat, yang telah mereproduksi kemiskinan di tengah berbagai keuntungan yang diraih oleh industri teh internasional. Menurut Abu Mufakhir, “…Kemiskinan yang dialami oleh buruh perempuan bersumber dari upah mereka yang murah, dan status kerja mereka yang informal, mencerminkan tidak terdistribusinya nilai ekonomi dan sosial yang dihasilkan dari produksi teh secara adil dan merata, terhadap buruh perempuan pemetik.”
Dari tulisan Abu Mufakhir, tampak bahwa organisasi buruh tidak hadir untuk mengatasi berbagai kesulitan yang dialami buruh-buruh perkebunan. Tulisan ini mencerminkan bahwa gerakan buruh pasca-Orde Baru perlu melihat kembali situasi organisasi buruh kebun yang terpinggirkan dari dinamika buruh perkotaan.
3) Artikel yang ditulis oleh Tommy Ardian Pratama mengenai perlindungan sosial transformatif. Penulisnya memetakan ragam perlindungan sosial yang biasa dijalankan di berbagai negara, khususnya Indonesia. Ia mengajukan kritik teoretis terhadap konsep perlindungan yang telah dipraktikkan di Indonesia, yang lebih bersifat karitatif, komersial dan tidak memberdayakan kekuatan produktif.
Dalam rangka memajukan tradisi diskusi dan diskursus mengenai jaminan sosial, rubrik Dialog kali ini menurunkan dua pandangan mengenai jaminan sosial. Dua pandangan tersebut, pada dasarnya memiliki kesamaan bahwa negara semakin menjauh dari tanggung jawab utamanya dan perlunya kontrol publik terhadap kekuasaan negara.

Di rubrik Sosok, kami menurunkan kisah buruh yang hidup di berbagai zaman. Artikel ini ditulis oleh Jafar Suryomenggolo. Sosok yang ditampilkan di sini adalah Moenadi, seorang yang hidup di zaman Belanda, masa Kemerdekaan dan masa Despotik Soeharto. Mungkin Moenadi adalah satu-satunya buruh di Indonesia yang menuliskan kisah hidupnya dari perspektif orang biasa. Kisah perjalanan hidupnya itu merupakan rekaman memori bangsa yang berjuang untuk menjadi diri sendiri yang sejati. Moenadi mengalami perubahan-perubahan sosial dalam periode-periode penting perjalanan bangsa.

Di rubrik Tinjauan Buku, Syarif Arifin memetakan dan mengomentari sebuah buku yang ditulis oleh mantan Menteri Perburuhan Era Soekarno, Iskandar Tedjasukmana. Buku yang bertema watak politik serikat buruh di tahun-tahun 1950-an tersebut menceritakan mengenai kencenderungan ideologi dan politik serikat buruh serta faktor-faktor yang memengaruhinya. Menurut peninjau buku, kelemahan-kelemahan yang terdapat dalam buku tidak mengurangi nilai historis dan substansinya, apalagi di tengah langkanya referensi perburuhan di Indonesia. Dari buku tersebut, terdapat pengalaman berharga bahwa organisasi buruh di Indonesia merupakan elemen aktif untuk membangun nasion Indonesia.

Di rubrik dinamika perburuhan, kami menyajikan analisis perburuhan dalam konteks ekonomi politik kontemporer. Analisis ini diharapkan dapat memotret hambatan dan peluang yang sedang dihadapi oleh gerakan buruh. Dinamika perburuhan kali ini memperlihatkan arah kebijakan negara semakin jauh dari harapan kaum buruh. Kapital asing difasilitasi dan dialirkan ke wilayah-wilayah yang jauh dari kontrol gerakan buruh, yakni wilayah Indonesia timur. Sementara itu, kendati gerakan buruh menemukan berbagai taktik perlawanan masih terkonsentrasi di Pulau Jawa. Tampaknya, hal inilah yang luput dari pengamatan organisasi buruh, tentang pentingnya memperluas wilayah pengorganisasian dan meningkatkan kapasitas politik

Tidak ada komentar:

Posting Komentar